PENYAKIT SALURAN
CERNA
Gangguan pencernaan dan absorbsi dapat terjadi pada proses menelan,
mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar
(defikasi), gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan,
gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis-melena, kondisi saluran cerna
pasca bedah dan tumor atau kanker.
A. DIET PENYAKIT SALURAN CERNA ATAS
1.
Diet disfagia
Disfagia adaah
kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran cerna. Hal
ini dapat terjadi karena kelainan system saraf menelan, pascastroke, dan adanya
massa atau tumor yang menutupi saluran cerna.
a. Tujuan Diet:
1. Menurukan risiko
aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan.
2. Mencegah dan
mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
b. Syarat-syarat diet
disfagia adalah :
1. Cukup energy,
protein, dan zat gizi lainnya.
2. Mudah dicerna, porsi
makanan kecil dan sering diberikan.
3. Cukup cairan.
4. Bentuk makanan
bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan secara bertahap, dimulai dari
makanan cair penuh atau cairan kental, makanan saring, kemudian makanan lunak.
5. Makanan cair
jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersendak atau aspirasi
6. Cara pemberian
makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde.
Disfagia dapat
terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan, tumor esophagus, dan
pascastroke. Bentuk makanan bergantung pada cara pemberian. Bila diberikan
melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk Makanan Cair Penuh, bila diberikan
peroral maka makanan diberikan dalam bentuk Makanan Cair Kental, Saring, atau
Lunak.
2.
Diet pasca-Hematemesis
Hematemesis
melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau
kerusakan pada saluran cerna.
a. Tujuan
Diet:
1.
Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan
istirahat pada saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan ulang, dan mencegah
aspirasi.
2.
Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
b. Syarat-syarat diet
pasca hematemesis melena adalah:
1.
Tidak merangsang saluran cerna
2.
Tidak meninggalkan sisa
3.
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja
selama 24-48 jam untuk memberi istirahat
pada lambung
4.
Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau
duodenum sudah tidak ada.
3.
Diet penyakit lambung
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi
Gastritis Akut dan Kronis, Ulkus Peptikum, pasca operasi lambung yang sering
diikuti dengan “Dumping Syndrome” dan Kanker Lambung. Gangguan gastrointestinal
sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis atau makan terlalu cepat
karena kurang dikunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma
dyspepsia, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri
epigastrum, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
a.
Tujuan Diet:
Untuk memberikan makanan dan cairan
secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan
sekresi asam lambung yang berlebihan.
b.
Syarat-syarat diet penyakit lambung:
1.
Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
2.
Energi dan protein cukup.
3.
Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi.
4.
Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang
ditingkatkan secara bertahap.
5.
Cairan kucup, terutama bila ada muntah.
6.
Tadak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam,
baik secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perorangan).
7.
Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa.
8.
Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja
selama 24-48 jam untuk memberikan istirahat pada lambung.
Diet lambung diberikan kepada pasien dangan Gastritis,
Ulkus Peptikum, Tifus Abdominalis dan pascsa-bedah saluran cerna atas.
B. DIET
PENYAKIT SALURAN CERNA BAWAH
a.
Diet penyakit usus inflamatorik
Penyakit Usus Inflamatorik adalah peradangan
terutama pada ileum dan usus besar dengan gejala diare, disertai darah, lender,
nyeri abdomen, berat badan berkurang, nafsu makan berkurang, demam, dan
kemungkinan terjadi steatorea (adanya lemak dalam feses). Penyakit ini dapat
berupa Kolitis Ulseratif dan Chron’s Disease.
a.
Tujuan Diet:
1.
Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2.
Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status
gizi kurang.
3.
Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut.
4.
Mengistirahatkan usus pada masa akut.
b.
Syarat-syarat diet pada usus imflamatorik adalah :
1.
Pada fase akut dipuasakan dan diberi makanan secara
parenteral saja.
2.
Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara
bertahap,mulai dari bentuk cair (per oral maupun enteral), kemudian
meningkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah.
3.
Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa.
4.
Kebutuhan gizi, yaitu :
a. Energy tinggi dan
protein tinggi.
b. Suplemen vitamin dan
mineral antara lain vitamin A, C, D, asam folat, vitamin B12, kalsium, zat
besi, maknesium dan seng.
5.
Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan
mengandung asamlemak rantai sedang dapat diberikan karena sering.
0 comments :
Post a Comment